Jakarta - Bank Indonesia (BI) telah merilis data utang luar negeri (ULN). Kuartal I ULN Indonesia tercatat US$ 387,6 miliar atau setara dengan Rp 5.542,6 triliun (kurs Rp 14.300).
Adapun ULN pemerintah tercatat mencapai US$ 187,7 miliar atau sekitar Rp 2.684,1 triliun. ULN pemerintah ini mengalami pertumbuhan 3,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu untuk ULN swasta US$ 197,1 miliar tumbuh 12,8% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Untuk apa saja ya utang dengan nominal tersebut?
Perkembangan itu dipengaruhi oleh kenaikan arus masuk dana investor absurd di pasar surat berharga negara (SBN) domestik. Ini artinya, banyak investor absurd yang membeli surat utang negara.
Selain itu, juga terjadi penurunan outstanding SBN dalam valuta absurd sejalan dengan pelunasan global bonds yang jatuh tempo pada bulan Maret 2019. "Hal ini mengatakan dogma investor absurd yang tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia," tulis keterangan SULNI, dikutip Sabtu (18/5/2019).
Kemudian ULN yang ditarik pemerintah diprioritaskan untuk pembiayaan pembangunan nasional. Misalnya, porsi terbesar berada di sektor jasa kesehatan dan acara sosial, jumlahnya 18,8% dari total ULN pemerintah.
Selanjutnya sektor konstruksi jumlahnya sebanyak 16,3% dari ULN pemerintah. Lalu jasa pendidikan 15,7%. "Lalu sektor manajemen pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib mencapai 15,1% serta sektor jasa keuangan dan asuransi 14,4%," tulisnya.
BI menyebut struktur ULN Indonesia ini tetap sehat, kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada simpulan kuartal I 2019 yang stabil di level 36,9%.
Advertisement
EmoticonEmoticon