Foto: Ari SaputraJakarta - Milenial mikirin pensiun? Sepertinya masih jauh sekali. Boro-boro mikirin pensiun, punya perencanaan keuangan saja sudah manis sekali. Eh, tapi ini milenial yang mana ya?
Karena rentang milenial bekerjsama cukup jauh. Milenial sendiri rentangnya ialah angkatan yang lahir dari tahun 1980 hingga dengan 1999. Nah, bagi mereka yang lahir antara 1980-1985 maka ketika ini mereka sudah berusia 34-39 tahun (tahun ini).
Milenial ini jika bekerja di perusahaan besar (korporasi) kemungkinan sudah mempunyai jabatan minimal Asisten Manajer hingga dengan Senior Manajer. Sementara Milenial urutan paling bawah yang lahir ditahun 1999 maka ketika ini berusia sekitar 20 tahun (tahun ini) dan kemungkinan besar masih kuliah.
Karena mereka sudah bekerja dengan karir yang tidak mengecewakan dan kemungkinan sudah berumah tangga, maka pensiun menjadi kepingan penting dari perencanaan keuangan mereka, sehabis dana pendidikan.
Nah yang kemungkinan banyak bermasalah ketika ini ialah generasi milenial yang lahir sehabis itu, atau kelahiran antara tahun 1986 - 1995 (terutama yang 1990-1995).
Milenial kelahiran 1990 - 1995 dalam kurun waktu 5-10 tahun terakhir terpapar dengan telepon pintar serta banyak aplikasi yang menciptakan mereka cenderung boros dan memikirkan masa kini, bukan masa depan. Padahal salah satu perencanaan keuangan yang membutuhkan dana sangat besar sekali ialah dana pensiun.
Mengapa pensiun membutuhkan dana yang sangat besar? Karena pensiun sendiri masih usang (bagi mereka pensiun normal masih 30 tahun lagi) sehingga mereka berpikir 'ah masih lama'. Padahal dana pensiun semakin cepat dipersiapkan maka semakin kecil cicilan bulana yang harus dilakukan.
Mari kita coba simulasikan.
Seorang milenial gres mulai bekerja 1 tahun usia 25 tahun, dengan gaya hidup dan penghasilan mereka per bulan di kota Jakarta di kisaran Rp. 8 juta.
Bila dengan kenaikan biaya hidup 10% saja per tahun dan pensiun normal di usia 55 tahun (30 tahun lagi), maka asumsi biaya hidup yang Rp 8 juta tadi akan menjadi sebesar hampir Rp 140 juta per bulan.
Nah, jika cita-cita hidupnya kita ambil rata-rata 20 tahun saja hingga usia 75, maka anda akan butuh dana sebesar Rp 37,5 miliar. Banyak sekali kan?
Kebayang berapa besar sih dana yang harus anda sisihkan untuk mendapat uang sebanyak itu? Dan jika anda menunda semakin lama, maka semakin besar dana yang harus anda sisihkan setiap bulan.
Sebagai tumpuan kita simulasikan. Anda ingin punya uang Rp 1 miliar di usia pensiun yaitu 55, maka jika anda investasikan ke reksa dana saham yang menunjukkan imbal hasil investasi di 18% semenjak anda usia 30 tahun, maka cicilan bulanan anda selama 25 tahun akan menjadi hanya sebesar Rp 171 ribu per bulan saja.
Sementara jika anda menunggu 5 tahun lagi dan gres memulai di usia 35 tahun, maka dengan parameter yang sama di atas, anda harus mencicil selama 20 tahun sebesar Rp 426 ribu per bulan atau naik hampir 3 kali lipatnya.
Baca juga: Segudang Masalah Keuangan Milenial (5) |
Keliatannya rumit ya perhitungannya, tapi bekerjsama bisa anda pelajari dengan mengikuti workshop yang dilaksanakan oleh tim ARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.
Di Jakarta dibuka workshop sehari perihal bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari perihal Reksadana. Ada juga workshop khusus perihal Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.
Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.
Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa berguru perihal perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan akta Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)
Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.
Itulah sebabnya kita bisa saksikan bersama betapa pentingnya untuk milenial memulai perencanaan dan persiapan dana pensiun semenjak pertama kali punya panghasilan. Jangan hingga stigma bahwa milenial tidak bisa beli rumah, milenial tidak punya kendaraan, dan kini milenial tidak bisa pensiun menjadi kenyataan, kan kasihan milenialnya.
Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari kawan yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.
Sumber detik.com
Advertisement
EmoticonEmoticon